Kebetulan kejadian itu dilihat oleh seorang petani. Karena merasa kasihan, berkatalah si petani kepada si cicak. "Hai cicak kecil, sungguh beruntung kamu bisa menyelamatkan diri dari santapan si ular. Namun sayang sekali ekormu harus terputus. Apakah kamu merasa sangat kesakitan?"
Dengan mata kecilnya, si cicak kecil menatap ke mata simpati si petani sambil menganggukkan kepalanya. Terlihat samar matanya berkaca-kaca.
Si petani tersentuh hatinya dan menawarkan bantuannya kepada cicak itu. "Kemarilah cicak, aku akan membantu membalut lukamu. Aku punya obat luka yang mujarab untuk menyembuhkan lukamu." Si petani lalu mengeluarkan sebungkus obat.
Kebaikan hari Pak Tani membalut lukaku, justru akan menghambat pertumbuhan ekor baruku. Terima kasih atas kebaikan hatimu. Aku sendiri sangat bersyukur atas rasa sakit ini. Itu menyadarkan kepadaku bahwa aku harus lebih menghargai kehidupan ini dengan berjuang dan mensyukuri setiap hari yang masih tersisa untukku. Sekali lagi terima kasih dan sampai jumpa pak Tani," si cicak merangkak menjauh sambil memikul rasa sakit yang sangat. Jauh di dalam hatinya, cicak tahu, semua penderitaan ini hanyalah sebuah proses pendewasaan yang harus dilalui.
So,...
Kalau menghadapi kesulitan, cobaan, kita hanya bisa merengek, mengeluh minta dikasihani maka nasib tidak akan berubah menjadi lebih baik. Justru harus belajar keras pada diri sendiri untuk tetap tegak, tegar dalam menghadapi setiap masalah yang muncul di hadapan kita.
Penderitaan hidup dan rasa sakit tidak akan membuat kehidupan kita berakhir dengan sia-sia, selama kita sadar bahwa di setiap penderitaan dan rasa sakit selalu ada hikmah yang bisa diambil. Yakni sebuah proses untuk menguatkan dan mendewasakan kita, agar kita tumbuh sebagai pribadi yang lebih dewasa dan siap berjuang demi menciptakan kehidupan sukses yang lebih baik dan lebih luar biasa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar