Sabtu, 19 Mei 2012

Mangkuk Berlubang

Alkisah, suatu hari di sebuah negeri. Seorang raja yang terkenal dengan kesombongan dan keserakahannya, beserta para pengiringnya, berpapasan dengan seorang paman berpakaian lusuh layaknya seorang pengemis. Paman itu bergegas membungkuk hormat dan sang raja yang pagi itu sedang berbaik hati menyapanya, "Paman, apa yang hendak Paman minta?"
Si paman menjawab, "Yang Mulia bertanya kepada saya? Yang saya minta belum tentu Yang Mulia mampu mengabulkan."
Dengan suara lantang sang raja berseru, "Sebutkan saja permintaanmu, tentu saja rajamu ini mampu memberi!"
Si paman menjawab tenang dan senyum, "Yang Mulia. Mohon maaf, jangan sembarang mengumbar janji dan perkataan."
"Apapun juga, aku pasti mampu. Memang kamu meragukan? Rajamu ini adalah orang terkaya di seantero negeri." Dengan suara lantang, sang raja berseru.
Si paman itu mengeluarkan dan menyodorkan mangkuknya, "Paduka.. tolong isi ini."
 
Raja menjadi geram. Segera, ia memerintahkan bendaharanya untuk mengisi penuh mangkuk dengan emas! Anehnya, emas yang diberikan bendahara tidak dapat mengisi penuh mangkuk. Bahkan tambahan berupa perhiasan berharga dan lain-lain habis dilahap mangkuk si paman. Ketika dicermati, mangkuk itu seolah tanpa dasar dan berlubang.
Sang raja terjatuh lunglai. Dia menyadari, sebagian besar hartanya telah lenyap ditelan mangkuk tak berdasar itu. Sambil terbata-bata, Raja bertanya, "Wahai paman, tolong jelaskan! Terbuat dari apakah mangkuk itu?"
"Ampun Baginda Raja junjungan hamba. Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Sibuk menimbun harta kekayaan, tidak terpuaskan dengan yang apa telah dimiliki. Bukan hanya serakah pada harta benda semata, tapi juga kekuasaan. Bahkan rela mengorbankan hati nurani demi memuaskan nafsu duniawi."
Raja yang sadar dari kesalahannya bertanya lagi, "Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu agar manusia tidak serakah dan mengenal arti kepuasan?"
"Tentu ada, yaitu rasa syukur akan apapun yang telah dimiliki dan dinikmati. Jika pandai bersyukur, alam semesta akan menambah berkat pada kita dan hidup kita pasti lebih sejahtera dan bermanfaat, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi sesama dan alam semesta. Pada saat itu, Baginda akan menjadi seorang Raja yang bijaksana, dicintai oleh rakyatnya dan dikenang sepanjang masa karena kebaikan Baginda. Dan bukan karena raja yang hanya menumpuk kekayaan bagi dirinya sendiri."
Dengan nada kelegaan, sang Raja berkata: "Terima kasih paman. Sungguh nasihat yang sangat bijak. Terima kasih sekali lagi."

Oke guys..
Punya keinginan, punya mimpi, punya target adalah hal yang wajar di kehidupan ini. Mampu menikmati setiap proses perjuangan adalah bagian dari rasa syukur.
Mampu bersyukur dan puas diri dengan segala yang telah kita miliki akan menyadarkan kita untuk terus belajar dan saling berbagi. Dengan berbagi, hidup akan lebih berarti. Dengan berbagi, hidup pasti akan lebih berbahagia.

Minggu, 13 Mei 2012

Kebiasaan Berbuat Lebih

Orang yang biasa-biasa saja hanya akan menjadi orang rata-rata. Orang yang mau berbuat lebih, lebih baik, lebih rajin, lebih tekun, lebih maksimal, akan jadi orang yang luar biasa di atas rata-rata. 
 
Hampir semua pencapaian di dunia sebenarnya bukan dilakukan oleh orang yang benar-benar hebat. Tapi, dilakukan oleh orang biasa yang mau menyisihkan waktunya lebih banyak daripada orang lain. Saat orang lain sudah pulang istirahat di rumah, orang yang luar biasa menambahkan sedikit waktu untuk mengerjakan pekerjaan lebih banyak. Saat rekan sepelatihan sudah kembali dari arena, atlet yang luar biasa menambahkan porsi latihannya sendiri untuk mempertajam kemampuannya. Saat anak buah sudah menyelesaikan tugas-tugasnya dan beralih kepada kegiatan lain di luar kerja, seorang pimpinan akan menambah jam kerjanya untuk mengevaluasi dan menyusun strategi guna maksimalisasi hasil usahanya.
 
Begitulah, orang-orang luar biasa selalu berkata lagi dan lagi. Tambah dan tambahkan lagi. Ia akan bekerja ekstra, berdaya juang di atas rata-rata, dan selalu menambahkan usaha di setiap yang dilakukannya. Konsistensinya untuk berbuat lebih dan lebih lagi akan membuka jalan bagi pencapaian dan pencapaian yang lebih banyak lagi.

Mari, terus kembangkan semangat berbuat lebih baik, lebih rajin, lebih tekun, lebih maksimal. Maka, hidup akan jauh lebih luar biasa!!

Jumat, 11 Mei 2012

Jaminan Kesuksesan

Alkisah, ada seorang pemuda yang memiliki rasa ingin tahu yang besar. Sudah hampir satu tahun ini, ia belajar pada seorang guru yang paling bijaksana di negerinya. Ada sebuah pertanyaan yang menggugah minatnya untuk ditanyakan kepada sang guru.

Suatu hari, kesempatan itu pun tiba dan tidak disia-siakan oleh si pemuda. Sang guru sedang beristirahat dan berada di ruang kerjanya, sendirian.

Sebelum memasuki ruangan, si pemuda meminta izin, "Maafkan saya, Guru. Apakah saat ini Guru sedang sibuk?"

"Sesibuk apa pun, guru selalu menyediakan waktu untuk murid-muridku. Apa yang ingin kamu tanyakan anakku?" tanya sang guru, mempersilakan si pemuda masuk.

Setelah duduk, si pemuda langsung mengungkapkan isi hatinya, "Guru, saya memang ingin bertanya satu hal yang sudah lama terpendam dalam benak saya."

"Katakan saja."


"Guru, apakah kunci kesuksesan? Saya belajar dari guru selama ini, tentunya ingin sukses di kehidupan ini."

Sejenak sang guru mengamati muridnya itu sebelum menjawab: "Pertanyaan yang baik. Setiap orang tentu ingin sukses. Pertanyaannya: Apakah sukses itu?"
Tanpa menunggu jawaban dari muridnya, sang guru melanjutkan: "Sukses adalah sebutan dari hasil akhir, sesuai dengan yang ditargetkan. Sebaliknya dengan gagal, adalah sebutan dari hasil akhir yang tidak sesuai dengan target. Nah, apa targetmu, tentukan terlebih dahulu. Setelah itu, ada 3 hal penting yang harus kau lakukan dalam perjalanan mengejar target tadi."

Dengan mata berbinar, si pemuda berkata, "Apa sajakah itu, Guru?"

"Jika kau bisa lebih rajin, belajar-bertanya-dan berbuat, dibanding orang lain, maka
50 persen jaminan kesuksesan sudah di tanganmu." Si pemuda mencatat baik-baik jawaban sang guru di pikirannya.

"Yang kedua, jika kau bisa bersikap jauh lebih jujur daripada orang lain, kau akan mendapatkan lagi 20 persen tambahan jaminan kesuksesan."
Si pemuda penuh semangat bertanya, "Lalu, sisanya yang 30 persen, Guru?" tanya si pemuda tidak sabar melihat sang guru tak kunjung melanjutkan kalimatnya.

Sang guru mengacungkan sebuah pensil di hadapan si pemuda. "Sisanya bisa kau temukan di sini." Si murid mengamati pensil dan berkata, "Ada apa dengan pensil itu?"
Tanpa menjawab pertanyaan muridnya, sang guru menyentuhkan bagian ujung pensil yang tumpul ke lengan si pemuda. Si pemuda diam tidak mengerti. Tiba-tiba sang guru membalikkan pensil dan ujung runcingnya ditusukkan ke lengan si pemuda yang langsung terlonjak kaget sambil berseru kesakitan.

Sambil tersenyum, sang guru menjelaskan: "Ujung yang runcing disebut FOKUS. Maka, arahkan segenap pikiran dan tindakan pada titik sasaran yang besar dan benar, dan 30 persen sisa jaminan kesuksesan akan kau peroleh jika kamu sungguh-sungguh fokus melakukannya."

Netter yang luar biasa,

Tidak ada sukses yang instan. Pasti, ada faktor-faktor pendukung yang harus kita siapkan. Sukses perlu proses belajar dan berjuang. Saat kita menetapkan target, lebih rajin, jujur dan fokus, bukan berarti sukses langsung terhidang di 'piring perak' di hadapan kita. Semua perlu proses waktu menuju ke situ. Teruskan berjuang! Nikmati setiap prosesnya, agar sukses yang didapat lebih bermakna. 
 
So, Always be excited,..

Jumat, 04 Mei 2012

Pemimpin Ikhlas



Sebaik-baiknya pemimpin adalah jika yang ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Pemimpin hebat pasti tidak egois (selfless) dan tidak mengarahkan tindak-tanduknya melulu untuk kepentingan pribadi (self-centered). Misi terpenting seorang pemimpin bukanlah untuk menuai pujian pribadi, memperoleh promosi pribadi, mendapatkan kekayaan pribadi, meraih kehormatan pribadi, memuluskan kesuksesan karier pribadi.

Semuanya itu mungkin penting, namun di atas itu semua misi hakiki seorang pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan mereka lebih baik. Great leader are servants who facilitate the success of others. Fokus perhatian utama seorang pemimpin adalah mencapai kebaikan bagi organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya.

Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, atau Martin Luther King adalah selflessleaders yang tanpa pamrih mengabdi dan melayani konstituennya. Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun demi mempertahankan prinsip-prinsip kepemimpinan yang ia pegang teguh. Martin Luther King bahkan terenggut nyawanya dalam memperjuangkan prinsip kebenaran yang ia yakini.
Sukses seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya dalam menarik followers dan mendapatkan kepercayaan dari mereka. Untuk mendapatkan kepercayaan itu si pemimpin harus mampu membawa perubahan dan kemanfaatan bagi followers: kehidupan yang lebih baik, kemampuan dan keterampilan yang meningkat, atau mungkin jiwa yang lebih bermakna.  
Ini semua diperoleh jika si pemimpin memiliki ketulusan dan keikhlasan untuk mengontribusikan kepemimpinannya murni untuk kepentingan para followers dan organisasi yang dipimpinnya. Pemimpin yang tulus-ikhlas akan menghasilkan pemimpin lain yang tulus-ikhlas pula. Kalau pemimpin tulus-ikhlas ini tereplikasi ke para pemimpin di seluruh level organisasi maka organisasi tersebut akan dipenuhi orang-orang yang rahmat dan berhati ikhlas.
  

Spirit of Giving
Dengan mindset seperti ini maka motivasi paling dasar seorang pemimpin adalah spirit of giving; spirit untuk selalu memberi kepada orang-orang yang dipimpinnya tanpa pernah memikirkan imbal-balik. Setiap pemimpin harus selalu berkorban tanpa pernah berharap mendapat imbalan dari pengorbanan itu. Inilah substansi keikhlasan seorang pemimpin.
Spirit of givingmengandung keyakinan bahwa "giving is receiving".Maksudnya, semakin banyak memberi padafollowers-nya, maka semakin banyak pula ia mendapat (kepercayaan, kesetiaan, kecintaan, dedikasi, dan sebagainya) dari mereka. Itulah indahnya memberi. 
Itu sebabnya, untuk bisa memiliki spiritof giving, seorang pemimpin harus memiliki mental kelimpahan, bukan mental kikir. "Every Leader should hold an abundant mind, act abundantly, andthink abundantly. He will feel rich... and will start to give to others." Ketika seorang pemimpin selalu merasa berkekurangan, mana mau ia memberikepada followers-nya?

Awal Kehancuran
Pemimpin yang selfishdan sarat diwarnai agenda dan pamrih pribadi akan membawa dampak destruktif bagi organisasi. Ketika seorang pemimpin sudah punya pamrih pribadi atau kelompok, maka kepemimpinan yang dijalankannya terkotori oleh ego dan kepentingan-kepentingan si pemimpin. Karena digayuti kepentingan pribadi, maka kepemimpinan itu tidak lagi murni dikontribusikan untuk kemanfaatan dan kebaikan organisasi.
Begitu kepemimpinan sudah beraroma kepentingan pribadi dan kelompok maka biasanya akan muncul kecurigaan, ketidakpercayaan, tantangan, bahkan perlawanan. Itu semua akan memicu terjadinya politik-politik yang kontraproduktif di dalam organisasi. Di dalam organisasi akan muncul kelompok-kelompok kepentingan dan antarkelompok itu terjadi friksi dan perebutan kepentingan. Celakanya, si pemimpin sendiri ikut bermain di arena perebutan kepentingan tersebut mewakili diri dan kelompoknya. Kalau ini terjadi, maka inilah awal dari kehancuran organisasi.
Menjadi selfless leaderitu tidak gampang. Dibutuhkan keikhlasan, kebesaran hati, kerelaan berkorban, sikap keberlimpahan, dan yang terpenting, kecintaan yang tuluskepada followers. Karena itu tak bisa disangkal ungkapan bahwa: "Being selfless is one of the hardest things you'll ever do as a leader."

By: Yuswohadi